Akhirnya saya berkesempatan untuk berbagi pengalaman, akan apa yang baru saja saya lewati dalam kehidupan saya. Bukan, ini bukan drama, meminta simpati, atau pamer, atau apapun. Ini lebih kepada pengucapan syukur, dan mencoba membagikan apa yang bisa dan baiknya saya bagikan kepada seluruh teman, keluarga dan siapapun yang membaca tulisan ini.
16 November 2017, pukul 01.00 dini hari. Saya berusaha untuk tidur lebih awal (ya, 01.00 itu cukup awal untuk saya), dan saya menyusul masuk ke kamar tidur. Yang terjadi berikutnya adalah sebuah pengalaman yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saat mulai berbaring, tiba-tiba saya merasakan seperti ada cairan panas yang naik dari dalam perut sampai ke leher. Sebelumnya saya pernah mengalami hal yang mirip, dan saya anggap itu adalah asam lambung yang naik. Segera saya bangun dan menuju tempat obat dan mengambil antasida cair dan segera meminumnya. Namun kali ini berbeda. Rasa panas itu tak kunjung hilang, dan kini bertambah dengan kesulitan bernafas. Sebanyak-banyaknya nafas yang saya coba ambil, ternyata tidak ada pengaruhnya, seperti tidak ada yang masuk. Lalu saya mulai merasakan hal yang lain. Kedua tangan saya seperti pegal sekali, berat, cenderung seperti ngilu. Semua ini ber-eskalasi sampai dengan fokus yang semakin berkurang. Dan herannya, saya kemudian seperti tahu bahwa ini bukan sakit biasa, namun tidak lain dan tidak bukan adalah serangan jantung. Saya tidak tahu benar atau tidak, karena selama ini hanya mendapat pengetahuan mengenai gejala serangan jantung dari membaca artikel-artikel kesehatan. Dan yang saya bisa lakukan saat itu hanyalah menebak, mengingat apa yang harus dilakukan menurut artikel-artikel tersebut bila mengalami serangan jantung atau gejalanya. Saya tetap berusaha mengambil nafas panjang, sesulit apapun itu dan mencoba batuk sekerasnya. Dan, entah ide dari mana, saya berdoa bila memang ini waktunya untuk saya menyelesaikan perjalanan hidup, saya memohon kelancaran segala sesuatunya, dan berdoa agar istri saya dapat segera melanjutkan kehidupan dengan lebih baik. Lalu, saya mencoba segera kembali ke kamar tidur untuk membangunkan istri saya. Hari itu kami memang sehabis bekerja sepanjang hari dan cukup kelelahan. Adalah sangat wajar bila istri saya tidak bisa langsung terbangun, karena mungkin sudah mulai nyenyak. Akhirnya saya mencoba merebahkan dan menenangkan diri. Sekitar jam 02.00, saya kembali membangunkan istri saya untuk memintanya melihat kondisi dan penampakan fisik saya. Menurutnya hampir tidak ada yang aneh. Akhirnya saya minta agar punggung digosok dengan minyak angin. Namun, kira-kira pukul 03.30 saya akhirnya meminta diantarkan ke rumah sakit, karena saya sungguh hampir tidak bisa bernafas.
Sepanjang perjalanan dari rumah kami di Legok Indah menuju Eka Hospital di BSD yang kurang lebih kami tempuh dalam waktu 20 menit, sakit dan ketidaknyamanan justru mereda. Saya semakin bisa mengatur nafas. Namun, tetap sulit dan bukan berarti hilang sama sekali. Dan akhirnya kami pun tiba di Eka Hospital. Kami langsung ke UGD dan saya menjelaskan semua yang saya rasakan kepada dokter jaga. Dan tindakan serta diagnosa awal ternyata sama, mengarah ke serangan jantung. EKG mengindikasikan adanya penyumbatan. Obat jantung yang diberikan di bawah lidah pun saya terima, berikut 4 obat lainnya sekaligus. Dokter jaga berkonsultasi dengan dokter jantung, dan mereka memutuskan perlu tindakan kateterisasi dan/ pasang ring. Seperti berita yang sangat menggelegar, kami mendengar penjelasan dokter, namun tetap pasrah, sambil berkonsultasi dengan teman kami yang juga seorang dokter via pesan singkat untuk pendapat lain. Keputusan akhir, kami menerima dan menyetujui tindakan tersebut. Berhubung kami adalah pasien BPJS Jakarta Barat, maka saya segera dirujuk ke RS Harapan Kita. Prosedur demi prosedur dijalankan, hingga akhirnya saya diberangkatkan dengan ambulans lengkap dengan segala peralatan yang tertempel di badam untuk mengawasi kondisi saya, yang memang saat itu sangat tidak stabil dan saya nyaris tidak sanggup melakukan gerakan besar apapun, kecuali pindah kasur. Dalam kondisi macet, jam 06.30 pagi, menempuh rute BSD-RS. Harapan Kita, kami berangkat.
Puji Tuhan, dengan segala berkat dan kemudahan, segala proses berjalan dengan sangat baik dan lancar. Setibanya saya di RS. Harapan Kita, hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat untuk kemudian tindakan kateterisasi dan/ pemasangan ring dilakukan. Selama proses berjalan, saya dalam keadaan sadar karena hanya dibius lokal. Untuk yang belum tahu (dan saya pun baru tahu saat mengalami), proses kateterisasi jantung dan angioplasty itu tidaj seperti bedah, namun dengan cara memasukkan alat melalui pembuluh darah lewat pangkal paha atau tangan kanan. Dalam kasus saya, yang dipilih adalah tangan kanan. Walaupun mendapat bius lokal, masih terasa sedikit rasa aneh saat ada barang seperti kawat masuk melalui dan menyusuri tangan kanan menuju dada. Dan semua juga terlihat seperti x-ray video, dan saya pun menyaksikan semuanya. Saya yang termasuk orang yang paling tidak tahan diam, berulangkali diingatkan untuk jangan banyak bergerak oleh para dokter. Maklum, saya sangat amat tidak betah berdiam diri untuk waktu yang cukup panjang. Untungnya dalam waktu kurang lebih 1 jam seluruh proses selesai. Seluruh dokter menyatakan semua berjalan dengan baik. Sayapun mengucapkan terima kasih kepada mereka semua, seiring tempat tidur saya dibawa keluar ruangan bedah menuju IGD karena ICU penuh.
Apa yang saya rasakan setelah keluar dari ruang operasi? Lemas, tapi bisa bernafas lega, walaupun sesekali harus menarik nafas panjang. Tangan kanan hingga bahu pegal luar biasa, dan ini berlangsung hingga nanti saya pulang dari rumah sakit. Saya banyak tidur, terlebih karena memang tidak diizinkan untuk ditemani siapapun kecuali perawat, dan hanya bisa ditengok sesekali oleh keluarga yang memang terdaftar sebagai yang berjaga. Setelah kurang lebih 24 jam di IGD, saya dipindahkan ke ruangan Intermediate Medical Ward, satu level lebih rendah dari ICU walalupun masih lengkap dengan melekatnyta seluruh peralatan pada badan saya. Berangsur-angsur kondisi saya semakin segar, baik dan semakin normal dalam bergerak dan lainnya. Bahkan, lewat dari 24 jam sudah tidak ada lagi selang dan kabel yang diperlukan, dan saya dipersilahkan berlatih berjalan perlahan menyusuri beberapa ruangan, mandi sendiri, dan mulai seperti layaknya orang sehat lainnya. Dan setelah menyelesaikan 6 suntikan setiap 12 jam untuk pengencer darah lewat perut, akhirnya saya diperbolehkan pulang tanggal 19 November 2017.
Setelah istirahat total selama 3 hari, saya mulai perlahan-lahan kembali melakukan aktivitas seperti biasa, sekaligus mengejar beberapa pekrjaan yang tertinggal. Dan keluhan yang tersisa memang saya belum bisa sepenuhnya aktif, karena bila dipaksakan, masih ada rasa ‘cubitan-cubitan’ kecil di dada dan sesekali terengah-engah dalam bernafas. Namun tidak sering.
Fase berikutnya adalah saya diberkati dengan hadiah luar biasa untuk dapat mencoba pengobatan alternatif Jero Mangku di Bali, langkap dengan tiket dan akomodasinya yang amat sangat luar biasa. Dan aura, energi beliau memang luar biasa menenangkan. Terlepas dari apapun kepercayaan anda, saya yakin dan percaya Tuhan dan Semesta bekerja melalui siapa saja, tanpa terkecuali. Dan tidak pernah ada salahnya menurut saya untuk mencoba penyembuhan dengan cara ini, karena tidak mengganggu pengobatan medis sama sekali. Sepulangnya saya dari Bali, saya merasa lebih baik lagi. Belum total, namun banyak kemajuan. Dan saya diminta untuk sekali lagi berobat dengan beliau.
Itulah yang terjadi dalam kehidupan saya. Sungguh fase yang luar biasa, tahun yang amat dinamis, dan amat sangat tidak terduga. Semoga pengalaman saya ini bisa membantu semua yang membaca, agar semakin bertambah wawasannya mengenai gejala, penyakit, dan pemulihan jantung.
Kesempatan kedua, yang sesungguh-sungguhnya, saya dapatkan, dan saya berterimakasih kepada Tuhan Semesta Alam dan seluruh orang yang secara langsung maupun tidak telah menyentuh saya lewat bantuan dan uluran tangannya. Tuhan memberkati anda semua.